BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah.
Lahirnya beberapa organisasi islam diindonesia lebih banyak karena didorong
oleh mulai tubuhnya sikap patriotisme dan rasa nasionalisme serta sebagai
respons terhadap kepincangan-kepincangan yang ada pada masyarakat diindonesia
pada akhir abad ke 19 pemerintah kolonial belanda. Ada banyak cara yang
ditempuh oleh pemerintah kolonial waktu itu untuk membendung pergolakan rakyat
indonesia melalui media pendidikan dan tidak banyak membawa hasil, bahkan
berakibat sebaliknya makin tumbuh kesadaran tokoh-tokoh organisasi isalm untuk
melawan penjajah dan lahirlah perguruan nasional yang dimpin oleh usaha swasta
yang waktu itu berkembzng pesat sejak awal tahun 1990.
Islam
tidak terlepas dari para tokoh agamanya yang menyebarkan maupun
mengembangkan
pendidikan islam di dunia ini, dan di Negara kita sendiri terdapat beberapa
tokoh penddikan islam yang jasanya sangat besar dalam perkembangan pendidikan
islam. Di Indonesia selain banyak makam para Wali Songo yang menyebarkan agama
islam juga terdapat tokoh tokoh pendidikan yang asli dari bumi pertiwi ini.
B. Rumusan masalah
a.
Bagaimana ciri-ciri pendidikan islam
dan kualitas pendidikan islam di Indonesia?
b.
Apa sajakah organisasi pendidikan islam di Indinesia ?
c.
Siapakah tokoh-tokoh pendidikan
islam di Indonesia ?
C. Tujuan penulisan
a. Mendeskripsikan
ciri-ciri pendidikan di Indonesia dan kualitas pendidikan di islam Indonesia
pada saat ini.
b. Memberikan
gambaran umum tentang tokoh-tokoh pendidikan islam di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
ORGANISASI,LEMBAGA DAN TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
1.
Organisasi Islam dan Pendidikan Islam di Indonesia.
Lahirnya beberapa organisasi islam diindonesia lebih
banyak karena didorong oleh mulai tubuhnya sikap patriotisme dan rasa nasionalisme
serta sebagai respons terhadap kepincangan-kepincangan yang ada pada masyarakat
diindonesia pada akhir abad ke 19 pemerintah kolonial belanda. Ada banyak cara
yang ditempuh oleh pemerintah kolonial waktu itu untuk membendung pergolakan
rakyat indonesia melalui media pendidikan dan tidak banyak membawa hasil,
bahkan berakibat sebaliknya makin tumbuh kesadaran tokoh-tokoh organisasi isalm
untuk melawan penjajah dan lahirlah perguruan nasional yang dimpin oleh usaha
swasta yang waktu itu berkembzng pesat sejak awal tahun 1990.[1]
I.
Kualitas Pendidikan islam di Indonesia
Kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Hal ini terbukti dari
kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru tentuya punya
harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Memang,
guru-guru saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak
diterima di jurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang
sudah lama mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar
murid, mereka memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka
ajarkan. beberapa langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan islam di Indonesia, antara lain yaitu
a.
meningkatkan akses
terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di Indonesia.
b.
menghilangkan
ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti ketidakmerataan di desa dan
kota, serta jender.
c.
pemerintah akan
menambah jumlah jenis pendidikan di bidang kompetensi atau profesi sekolah
kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang dibutuhkan.
II.
Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia.
Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab
rendahnya kualitas pendidikan islam di Indonesia secara umum, yaitu:
a.
Efektifitas Pendidikan
Di Indonesia
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang
memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan
dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan.
b.
Efisiensi Pengajaran Di
Indonesia
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari
suatu tujuan dengan proses yang lebih murah.
c. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan
perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media
belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap.
III.
Solusi dari Permasalahan-permasalahan Pendidikan di Indonesia
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis
besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu:
1. Solusi Sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat
berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia
sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab
neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung
jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
2. Teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung
dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas
guru dan prestasi siswa.
solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan
kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan.
Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan
kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk
meningkatkan kualitas guru.[2]
Pemimpim pergerakan nasional dengan kesadaran penuh
ingin mengubah keterbelakangan rakyat indonesia. Maka lahirlah sekolah-sekolah
pertikelir (swasta ) atau usaha para perintis kemerdekaan. Sekolah-sekolah itu
semula memiliki dua corak, yaitu:
1. Sesuai dengan haluan politik,
seperti
a. taman siswa yang mula-mula
didirikan dijogjakarta.
b. sekolah serikat rakyat,
disemarang, yang berhaluan komunis.
c. Kesatrian Institut, yang
didirikan oleh Dr.Douwes Dekker di kota bandung.
d. Perguruan Rakyat, dijakarta dan
bandung.
2. Sesuai dengan tuntunan agama.
a. sekolah-sekolah serikat islam.
b. sekolah-sekolah muhamadiyah.
c. sumatera tawalib dipadang panjang.
d. sekolah-sekolah nadatul ulama.
e. sekolah persatuan umat islam.
f. sekolah al jami’atul wasliyah.
g. sekolah al-irsyad.
h. sekolah nasional normal islam.
Organisasi yang berdasarkan sosial keagamaan yang banyak melakukan
aktivitas pendidikan islam antara lain yaitu
a.
Al-jami’at
Al-khairiyah
Organisasi yang lebih dikenaal dengan nama Jami’at khair ini didrikan di
jakarta tanggal 17 juli 1905. Anggota nya orang-orang arab dan tidak menutup
kemungkinan untuk setiap muslim menjadi anggotaanpa diskriminasi asal usul.
Umumnya anggota dan pemimpinya terdiri dari orang yang berada. Dua bidang yang
sangat diperhatikan organisasi ini adalah:
1. Pendirian dan pembinaan satu sekolah tingkat dasar
2.
Pengiriman anak-anak muda ke Turki
Pengiriman anak-anak muda ke Turki ini sering terhambat karena kekurangan
biaya dan juga karena kemunduran khilafat. sekolah dasar jani’at khair bukan
hanya mempelajari pengetahuan agma tetapi juga mempelajari pengetahuan
umum.Untuk memenuhi tenaga guru yang berkualitas jami’at khair mendatangkan
guru dari daerah lain bahkan luar negri. Pada bulan oktober 1911 tiga orang
guru dari negeri arab bergabung ke jami’ay khair. Mereka adalah Syeikh Ahamad
Surkati dari Sudan dan Syekh Muhamad Taib Dari Maroko Dan Syekh Muhamad Abdul
Hamid dari Mekah
Menyusul kemudian pada oktober 1913 empat orang guru sahabat-sahabat
Surkati dan salah seorang diantaranya adalah saudara kandungnya sendiri yaitu
Muhamad Abdul Fadal Ansari, Muhamad Noor, Hasan Hamid Al-Antasari dan seorang
lagi yang kemudian diperuntukan bagi Jama’ay Khair yang didirikan dikota
Surabaya, yaiti Ahmad Al Awif.
Disamping membawa pembaharuan dalam sistem pengajaran
yang pertama memasukan pengetahuan umum dan bangsa asing kedalam daftar
pengajarannya dan mereka juga memperjuangkan persamaan hak sesama muslim dan
pemikiran kembal kepada Al-Qur’An dan hadis. Hal ini yang menyebabkan mereka
terasing dari kalangan Sayid dari Jami’at Khair. Suatu hal penting yang dicatat
adalah nyataan pentig bahwa Jami’at Khair yang pertama memulai organisasinya dngan
bentuk modern dalam masyarakat islam.
b.
Al-islah Wal
irsyad
Al
Ishlah wal Al Irsyad adalah pecahan dari organisasi Jami’at Khoiriyyah,
didirikan pada tahun 1913 dan mendapat pengesahan dari belanda pada tanggal 11
Agustus 1915. menurut Steenbrink, organisasi
ini lahir karena adanya perpecahan dikalangan Jami’at Khoir mengenai hak
istimewa golongan Sayyid, mereka yang tidak setuju dengan kehormatan berlebihan
dengan sayyid dikecam dan dicap sebagai reformis, kemudian mendirikan
organisasi Jam’iyyah Al Ishlah Wal Irsyad Al ‘Arabiyyah. Tujuan organisasi ini
yaitu:
1. Merubah
tradisi dan kebiasaan orang arab tentang kitab suci, bahasa arab, bahasa belanda dan bahasa-bahasa lainya.
2. Membangun dan memelihara
gedung-gedung pertemuan, sekolah dan unit percetakan.
Salah satu perubahan yang
di lakukan Al Irsyad adalah pembaharuan dibidang pendidikan. Pada tahun 1913
didirikan disebuah perguruan modern di Jakarta, dengn sistem kelas. Materi
pelajaran yang diberikan adalah pelajaran umum dan agama. Sekolah-sekolah
Irsyad berkembang dan meluas sampai ke kota-kota dimana Al Irsyad mempunyai
cabang dan cara umum, semuanya berada ditingkat rendah.
Di Jakarta dan Surabaya
didirikan sekolah guru untuk melatih dan
mendidik calon-calon guru bagi kebutuhan sekolah Al Irsyad selain itu juga
dibuka kursus dimana siswi-siswi bisa memilih spesialisasi dari mata pelajaran
agama, pendidikan atau bahasa.[3]
Masalah agama yang berasal dari gerakan al- irsyad sangat menggemparkan
masyarakat karena, bertentangan dengan keyakinan yang ada pada waktu itu.
Terutama majalah Az-Zakirah, yang keluar sejak bulan muhharam yang mengandung
bahan peledak dan penggerak mengenai pembaharuan paham masyarakat islam
Indonesia.
c.
Perserikatan Ulama’
Organisasi
ini berdiri atas inisiatif KH. Abdul Halim pada tahun 1911 sebagai perwujudan
dari lahirnya gerakn-gerakan pembaharuan islam di Indonesia. Beliau termotifasi
untuk melaksanakan kegiatan, terutama dalam bidang pendidikan, diantaranya
karena pengalaman selama di makkah yang membuatnya terkesan dengan
penyelenggaraan lembaga pedidikan bab As Salam, yang sudah menerapkan sistem
pendidikan yang cukup maju dengan meninggalkan sistem pendidikan lama yang
memakai halaqoh.
Dalam
perbaikan mutu lembaga pendidikanya, Abdul Halim berhubungan dengan Jami’at
Khoir dan Al Irsyad di Jakarta. Ia juga mewajibkan pada murid-muridnya pada
tingkat yang tinggi untuk memahami bahasa arab.
Pada tahun
1932. Abdul Halim mendirikan “santri
asrama” sebuah sekolah berasrama yang dibagi menjadi tiga tingkatan: tingkat
permulaan, dasar, dan lanjutan. Kurikulum yang diberikan di sekolah tersebut
tidak hanya berupa pengetahuan agama dan umum, tetapi juga keterampilan yang bernilai ekonomis, pelajar-pelajar
santri asrama dilatih dalam pertanian, pekerjaan tangan (besi dan kayu) menenun
dan mengolah berbagai bahan seperti membuat sabun. Mereka harus tinggal di
asrama di siplin yang ketat, terutama dalam pembagian waktu dan dalam sikap
pergaulan hidup mereka.[4]
d.
Muhamadiyah
Muhamadiyah adalah organisasi islam yang bergerak dibidang pendidikan,
dakwah dan kemasyrakatan. Muhamadiyah didirikan dijogjakarta pada tanggal 10
november 1912 bertepatan dengan 8 zulhijah 1330 H oleh K.H. Ahmad Dahlan.
Tujuan didirikan organisasi muhamadiyah ini adalah untuk membebaskan umat
islam dari kebekuan dalam segala bidang kehidupannya, dan praktek-praktek agama
yang menyimpang dari kemurnian ajaran islam. Sebagai organisasi dakwah dan
pendidikan, muhamadiyah mendirikan lembaga pendidikan dari tingkat dasar sampai
keperguruan tinggi. pada tahun 1015 K.H. Ahmad dahlan mulai mendirikan sekolah
dasarnya yang pertama. Pada ssekolah ini diberikan pengetahuan umum dan agama.
Kemudian diikuti dengan berdirinya sekolah-sekolah muhamadiyah dipelosok
indonesia.
Organisasi ini mempunyai maksud untuk menyebarkan pengajaran kangjeng nabi
Muhamad SAW kepada penduduk bumi putra dan memajukan hal agama islam kepada
anggota-anggotanya. Usaha lain untuk mencapai maksud dan tujuan ini ialah
dengan mengadakan:
a.
Mengadakan dakwah islam.
b.
Memajukan pendidikan dan pengajaran.
c.
Menghidup suburkan masyarakat yang
saling tolong menolong.
d.
Mendirikan dan memelihara tempat
ibadah dan wakaf.
e.
Mendidik dan mengasuh anak-anak dan
pemuda-pemuda, supaya kelak menjadi orang islam yang berarti.
f.
Berusaha kearah perbaikan
penghidupan dan kehidupan yang sesuai denga ajaran islam.
g.
Berusaha dengan segala bijaksana,
supaya kehendak dan peraturan islam berlaku dalam islam.
Pada tahun 1925 organisasi ini telah
mempunyai delapan Hollands inlandse school.sebuah sekolahan guru di yogyakarta,
32 sekolah dasar lima tahun, sebuah schakel school, dan 14 buah madrasah, yang
seluruhnya 119 orang guru dan 4000 murid.
Pada tahun 1992 organisasi ini telah
mempublikasikan penerbitan sejumlah 700.000 buah buku dan brosur. Kemuduan pada
tahun 1938 telah memiliiki 3i perpustakaan umum dan 1774 sekolah. Diantara
sekolah-sekolah Muhamadiyah yang tertua dan terbesar jasanya adalah :
a.
Kwekschool Muhamadiyah di
Yogyakarta.
b.
Mua’allimin Muhammadiyah,
solo,jakarta.
c.
Mua’limmat muhammadiyah, Yogyakarta.
d.
Zu’ama/Za’imat, Yogyakarta.
e.
Kulliyah Muballigin/Muballigat, Padang
Panjang.
f.
Tabligschool, Yogyakarta.
g.
HIK Muhammadiyah, Yogyakarta.
e. Nahdlatul Ulama.
Latar belakang didirikannya organisasi ini semula adalah sebagai
perluasan dari suatu komite hijaz yang dibangun dengan dua tujuan yaitu:
a. Untuk mengimbangi komite khilafat yang secara berangsur-angsur jatuh
ketangan golongan pembaharuan.
b. Untuk berseru kepada Ibnu Sa’ud, penguasa baru ditanah Arab, agar
kebiasaan beragama secara tradisi dapat diteruskan.
Maksud
perkumpulan Gerakan NU adalah mempertahankan salah satu dari empat madzhab
dalam masalah yang berhubungan dengan fiqh madzhab Hanafi, madzhab Maliki,
madzhab Syafi’I dan madzhab Hambali.Dalam hal I’tiqod, NU berpegang pada Ahlussunah Waljama’ah. Dalam konteks
ini, NU memahami hakikat Ahlussunah
Waljama’ah sebagai ajaran islam yang murni sebagaimana yang telah diajarkan
oleh Rosulullah SAW bersama para sahabatnya.
Untuk
mencapai maksud itu, maka diadakan ikhtiar
a. Mengadakan perhubungan diantara
ulama-ulama yang bermazhab tersebut.
b. Memeriksa kitab-kitab sebelum
dipakai untuk mengajar.
c. Mengajarkan agama islam berdasarkan
pada empat mazhab dngan jalan apa saja.
d. Beriktiar memperbanyak
madrasah-madrasah yang berdasarkan agama islam.
e. Memperhatikan hal-hal yang
berhubungan dengan masjid-masjid,surau, dan pondok pesantren.
f. Mendirikan badan-badan untuk
memajukan urusan pertanian,perniagaan dan perusahaan yang tidak dilarang oleh
syar’a agama islam.
Motifasi
utama berdirinya NU adalah mengorganisasikan potensi dan peranan ulama’
pesantren yang sudah ada, untuk ditingkatkan dan dikembangkan secara luas untuk
diguakan sebagai wadah untuk mempersatukan dan menyatukan langkah para ulama’
pesantren dalam tugas pengabdian yang tidak terbatas pada masalah kepesantrenan
dan kegiatan ritual Islam saja, tetapi lebih ditingkatkan lagi agar para ulama’
lebih peka terhadap masalah-masalah sosial, ekonomi dan masalah kemasyarakatan
pada umumnya.
Dengan demikian tampak bahwa NU bermaksuf mempertahankan praktek keagamaan
yang sudah menstradisi. NU memberikan perhatian yang besar pada pendidikan,
khusnya pendidikan tradisional. NU mendirikan madrasah dengan model barat,
sampai akhir tahun1956 komisi perguruan NU mengeluarkan reglement tentang
susunan madrasah-madrasah NU yang terdiri dari:
1. Madrasah awaliyah lama belajar 2 tahun.
2. Madrasah ibtidaiyah lama belajar 3 tahun.
3. Madrasah tsanawiyah lama belajar 3 tahun.
4. Madrasah mu’alimin wusta lama belajar 2 tahun
5. Madrasah mu’alimin ulya lama belajar 3 tahun.
Di bidang pendidikan formal nahdatul
ulama membentuk satu bagian khusus yang mengelola kegiatan bidang ini dengan
nama al-ma’rif yang bertugas membuat perundangan dan program pendidikan di
lembaga-lembaga pendidikan/sekolah yang berada dibawah naungan NU.[5]
f.
Persatuan islam.
Didirikan
secara resmi pada tanggal 12 September1923 di Bandung oleh sekelompok orang
Islam yang berminat dalam studi dan aktivitas keagamaan yang dipimpin oleh
Zamzam dan Muhammad Yunus.
Pada awal
berdirinya, pesantren persatuan islam dikenal sebagai pesantren yang sangat
modern apalagi dibandingkan dengan pesantren-pesantren lain pada umumnya karena
keberaniannya memasukkan beberapa sistem administrasi pendidikan dan model
kurikulum seperti yang diajarkan sekolah Belanda. Walaupun demikian, pada
dasarnya kurikulum yang dikembangkan pesantren persatuan islam ini adalah penimbangan
pendidikan agama sebagai prioritas, jika dibandingkan dengan pendidikan umum,
dan yang menarik,kurikulum yang dipakai sampai saat ini adalah hasil rakitan
sendiri. Namun begitu dalam pengakuan berbagai pendidik di kalangan pesantren,
“kurikulum rakitan” itu masih didasarkan kepada kaidah-kaidah baku gerakan persatuan
islam, seperti yang disebut Ahkam Al-Syar’i Dan Qaidah Ushul. Dari
racikan kurikulum seperti ini, diharapkan para santri memiliki bekal
pengetahuan akidah yang cukup, dan ta’abudi(berbudi pekerti) yang berdasarkan al-sAkhlak
al-kKarimah (akhlak budi pekerti luhur).
Di samping
menyelenggarakan pendidikan Islam berupa madrasah atau sekolah lain, persatuan
islam juga mendirikan sebuah pesantren. Pesantren persatuan islam didirikan di
Bandung tanggal 1 Dzulhijjah 1354 H bertepatan dengan Maret 1936. Pesantren ini
dipimpin oleh A. Hasan sebagai kepala dan Muhammad Nasir sebagai Penasehat dan
Guru.
Tujuan
pendidikan pesantren ini untuk mengeluarkan mubalig-mubalig yang sanggup
menyiarkan, mengajar, membela dan mengajarkan agama Islam. Dengan demikian,
diharapkan terbentuknya kader-kader yang punya kemauan keras untuk melakukan
dakwah Islamiyah.
Namun demikian, pada tahun 1988 terjadi perubahan yang cukup
mendasar dalam sistem pendidikan Persis, yakni ketika pimpinan pesantren Persis
secara kelembagaan mengizinkan para santri untuk mengikuti ujian negara dalam
bentuk evaluasi belajar tahap akhir persamaan. Hal ini belaku bagi siswa yang
merampungkan studinya di tingkat Tsanawiyah maupun tingkat muallimin. Hal ini
merupakan langkah besar bagi Persis karena pada masa kepemimpinan sebelumnya di
bawah pimpinan KH. Abdurrahman, para santri dan siswa di lingkungan persis
tidak diperbolehkan mengikuti ujian negara yang salah satu tujuan utamanya
mendapatkan ijazah negeri. Dalam perspektif Kyai, hal ini akan mempengaruhi
visi dan orientasi para siswa di didik di lingkungan Persis untuk menjadi ulama
menjadi cenderung pragmatis seperti pegawai negeri.[6]
2. Tokoh-tokoh
Pendidikan Islam Di Indonesia.
Adapun
tokoh-tokoh pendidikan Islam di Indonesia antara lain:
1) Kyai Haji
Ahmad Dahlan (1869-1923)
K.H Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 M dengan nama
kecilnya Muhammad Darwis, putra dari K.H Abu Bakar Bin Kyai Sulaiman, khatib di
Masjid besar (Jami’) kesultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putri Haji Ibrahim,
seorang penghulu Setelah beliau menamatkan pendidikan dasarnya di suatu
Madrasah dalam bidang Nahwu, Fiqih dan Tafsir di Yogyakarta beliau pergi ke
Makkah pada tahun 1890 dan beliau menuntut ilmu disana selama satu tahun. Salah
seorang gurunya Syekh Ahmad Khatib. Sekitar tahun 1903 beliau mengunjungi
kembali ke Makkah dan kemudian menetap di sana selama dua tahun
Beliau adalah seorang yang alim luas ilmu pengetahuanya dan tiada
jemu-jemunya beliau menambah ilmu dan pengalamanya. Dimana saja ada kesempatan
sambil menambah atau mencocokan ilmu yang telah diperolehnya. Observation
lembaga pernah beliau datangi untuk mencocokan tentang ilmu hisab. Beliau ada
keahlian dalam ilmu itu. Perantauanya kelauar pulau jawa pernah sampai ke
Medan. Pondok pesantren yang besar-besar di Jawa pada waktu itu banyak
dikunjungi.
Cita-cita K.H Ahmad Dahlan sebagai seorang ulama adalah tegas, beliau
hendak memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita agama Islam.
Usaha-usahanya ditujukan hidup beragama, keyakinan beliau ialah bahwa untuk
membangun masyarakat bangsa harus terlebih dahulu dibangun semangat bangsa. K.H
Ahmad Dahlan pulang ke Rahmatullah pada Tahun 1923 M Tanggal 23 Pebruari dalam
usia 55 Tahun dengan meninggalkan sebuah organisasi Islam yang cukup besar dan
di segani karena ketegaranya.
2) K.H Hasim
Asy’ari (1971-1947)
K.H Hasim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Februari tahun 1981 M di
Jombang Jawa Timur mula-mula beliau belajar agama Islam pada ayahnya sendiri
K.H Asy’ari kemudian beliau belajar di pondok pesantren di Purbolinggo,
kemudian pindah lagi ke Plangitan Semarang Madura dan lain-lain.
Sewaktu beliau belajar di Siwalayan Panji (Sidoarjo) pada tahun 1891, K.H
Ya’kub yang mengajarnya tertarik pada tingkahlakunya yang baik dan sopan
santunya yang harus, sehingga ingin mengambilnya sebagai menantu, dan
akhirnyabeliau dinikahkan dengan putri kiyainya itu yang bernama Khadijah
(Tahun 1892). Tidak lama kemudian beliau pergi ke Makkah bersama istrinya untuk
menunaikan ibadah haji dan bermukim selama setahun, sedang istrinya meninggal
di sana.
Pada kunjunganya yang kedua ke Makkah beliau bermukim selama delapan tahun
untuk menuntut ilmu agama Islam dan bahasa Arab. Sepulang dari Makkah beliau
membuka pesantren Tebuiring di Jombang (pada tanggal 26 Rabiul’awal tahun 1899
M)
Jasa K.H Hasim Asya’ari selain dari pada mengembangkan ilmu di pesantren Tebuireng ialah keikutsertaanya mendirikan organisasi Nahdatul Ulama, bahkan beliau sebagai Syekul Akbar dalam perkumpulan ulama terbesar di Indonesia.
Jasa K.H Hasim Asya’ari selain dari pada mengembangkan ilmu di pesantren Tebuireng ialah keikutsertaanya mendirikan organisasi Nahdatul Ulama, bahkan beliau sebagai Syekul Akbar dalam perkumpulan ulama terbesar di Indonesia.
Sebagai ulama beliau hidup dengan tidak mengharapkan sedekah dan belas
kasihan orang. Tetapi beliu mempunyai sandaran hidup sendiri yaitu beberapa
bidang sawah, hasil peninggalanya. Beliau seorang salih sungguh beribadah, taat
dan rendah hati. Beliau tidak ingin pangkat dan jabatan, baik di zaman Belanda
atau di zaman Jepang kerap kali beliau deberi pangkat dan jabatan, tetapi
beliau menolaknya dengan bijaksana.
Banyak alumni Tebuiring yang bertebarang di seluruh Indonesia, menjadi Kyai
dan guru-guru agama yang masyhur dan ada diantra mereka yang memegang peranan
penting dalam pemerintahan Republik Indonesia, seperti mentri agama dan
lain-lain (K.H A. Wahid Hasyim, dan K.H Ilyas). K.H Asy’ari wafat kerahmatullah
pada tanggal 25 Juli 1947 M dengan meninggalkan sebuah peninggalan yang
monumental berupa pondok pesantren Tebuiring yang tertua dan terbesar untuk
kawasan jawa timur dan yang telah mengilhami para alumninya untuk mengembangkanya
di daerah-daerah lain walaupun dengan menggunakan nama lain bagi
pesantren-pesantren yang mereka dirikan.
3) K.H Abdul
Halim (1887-1962)
K.H Abdul Halim lahir di Ciberelang Majalengka pada tahun 1887. beliau
adlah pelopor gerakan pembeharuan di daerah Majalengka Jawa Barat yang kemudian
berkembang menjadi Perserikatan Ulama, dimulai pada tahun 1911. yang kemudian
berubah menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) pada tanggal 5 April 1952 M. Kedua
orang tuanya berasal dari keluarga yang taat beragama (ayahnya adalah seorang
penghulu di Jatiwangi), sedangkan famili-familinya tetap mempunyai hubungan
yang erat secara keluarga dengan orang-orang dari kalangan pemerintah.
K.H Abdul Halim memperoleh pelajaran agama pada masa kanak-kanak dengan
belajra diberbagai pesantren di daerah Majalengka sampai pada umur 22 Tahun.
Ketika beliau pergi ke Makkah untuk naik haji dan untuk melanjutkan
pelajaranya.
Pada umumnya K.H Abdul Halim berusaha untuk menyebarkan pemikiranya dengan
toleransi dan penuh pengertian. Dikemukakan bahwa beliau tidak pernah mengecam
golongan tradisi ataupun organisasi lain yang tidak sepaham dengan beliau,
tablignya lebih banyak merupakan anjuran untuk menegakan etika di dalam
masyarakat dan bukan merupak kritik tentang pemikiran ataupun pendapat orang
lain.
Pada tanggal
7 Mei 1962 K.H Abdul Halim pulang kerahmatullah di Majalengka Nawa Barat dalam
usia 75 Tahun dan dalam keadaan tetap teguh berpegang pada majhab Safi’i.[7]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
perkembangan Islam di Indonesia
sangat pesat yang seperti berbeda pendapat tentang permulaan Islam di Indonesia
antara lain: Bahwa kedatangan Islam pertama di Indonesia tidak identik dengan
berdirinya kerajaan Isalam pertama di Indonesia mengingat bahwa pembawa Islam
ke Indonesia adalah para pedagang, bukan missi tentara dan bukan pelarian
politik. Mereka tidak ambisi langsung mendirikan kerajaan Islam.
Pada tahun 1905 pemerintah Belanda
mengeluarkan satu peraturan yang mengharuskan para guru agama memiliki izin
khusus untuk mengajar. Banyak sikap mereka yang sangat merugikan lajunya
perkembangan pendidikan agama di Indonesia, misalnya
- Setiap
sekolah atau Madrasah harus memiliki izin dari bupati/pejabat pemerintahan
belanda
- Harus
ada penjelasan dari sifat pendidikan yang sedang dijalankan secara
terperinci
Para guru harus membuat daftar murid
dalam bentuk tertentu dan mengirimkanya secara periodic kepada daerah yang
bersangkutan.
DAFTAR
PUSTAKA
Prof. Dr.H.
Samsul nizar, M.Ag. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta;Kencana 2009.
Zuhairini, Sejarah
Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, Bulan Bintang; 1997.
Hanun Asrohah, Sejarah
Pendidikan Islam, PT. Logos Wacana Ilmu, Jakarta; 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar