Minggu, 02 Desember 2012


BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah.

Lahirnya beberapa organisasi islam diindonesia lebih banyak karena didorong oleh mulai tubuhnya sikap patriotisme dan rasa nasionalisme serta sebagai respons terhadap kepincangan-kepincangan yang ada pada masyarakat diindonesia pada akhir abad ke 19 pemerintah kolonial belanda. Ada banyak cara yang ditempuh oleh pemerintah kolonial waktu itu untuk membendung pergolakan rakyat indonesia melalui media pendidikan dan tidak banyak membawa hasil, bahkan berakibat sebaliknya makin tumbuh kesadaran tokoh-tokoh organisasi isalm untuk melawan penjajah dan lahirlah perguruan nasional yang dimpin oleh usaha swasta yang waktu itu berkembzng pesat sejak awal tahun 1990.

       Islam tidak terlepas dari para tokoh agamanya yang menyebarkan maupun

mengembangkan pendidikan islam di dunia ini, dan di Negara kita sendiri terdapat beberapa tokoh penddikan islam yang jasanya sangat besar dalam perkembangan pendidikan islam. Di Indonesia selain banyak makam para Wali Songo yang menyebarkan agama islam juga terdapat tokoh tokoh pendidikan yang asli dari bumi pertiwi ini.

B.     Rumusan masalah

a.       Bagaimana ciri-ciri pendidikan islam dan kualitas pendidikan islam di Indonesia?

b.      Apa sajakah  organisasi pendidikan islam di Indinesia ?

c.       Siapakah tokoh-tokoh pendidikan islam di Indonesia ?

 

C.    Tujuan penulisan

a.       Mendeskripsikan ciri-ciri pendidikan di Indonesia dan kualitas pendidikan di islam Indonesia pada saat ini.

b.      Memberikan gambaran umum tentang tokoh-tokoh pendidikan islam di Indonesia.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

ORGANISASI,LEMBAGA DAN TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

 

1.    Organisasi Islam dan Pendidikan Islam di Indonesia.

Lahirnya beberapa organisasi islam diindonesia lebih banyak karena didorong oleh mulai tubuhnya sikap patriotisme dan rasa nasionalisme serta sebagai respons terhadap kepincangan-kepincangan yang ada pada masyarakat diindonesia pada akhir abad ke 19 pemerintah kolonial belanda. Ada banyak cara yang ditempuh oleh pemerintah kolonial waktu itu untuk membendung pergolakan rakyat indonesia melalui media pendidikan dan tidak banyak membawa hasil, bahkan berakibat sebaliknya makin tumbuh kesadaran tokoh-tokoh organisasi isalm untuk melawan penjajah dan lahirlah perguruan nasional yang dimpin oleh usaha swasta yang waktu itu berkembzng pesat sejak awal tahun 1990.[1]

         I.          Kualitas Pendidikan islam di Indonesia

Kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Hal ini terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru tentuya punya harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Memang, guru-guru saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. beberapa langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan islam di Indonesia, antara lain yaitu

a.                   meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di Indonesia.

b.                  menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti ketidakmerataan di desa dan kota, serta jender.

c.                   pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan di bidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang dibutuhkan.

 

  II.          Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia.

Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan islam di Indonesia secara umum, yaitu:

a.         Efektifitas Pendidikan Di Indonesia

Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan.

b.        Efisiensi Pengajaran Di Indonesia

Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih murah.

c.       Rendahnya Kualitas Sarana Fisik

Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap.

 

               III.            Solusi dari Permasalahan-permasalahan Pendidikan di Indonesia

 

Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu:

1.      Solusi Sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.

 

2.      Teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.

solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru.[2]

Pemimpim pergerakan nasional dengan kesadaran penuh ingin mengubah keterbelakangan rakyat indonesia. Maka lahirlah sekolah-sekolah pertikelir (swasta ) atau usaha para perintis kemerdekaan. Sekolah-sekolah itu semula memiliki dua corak, yaitu:

1.   Sesuai dengan haluan politik, seperti

a.   taman siswa yang mula-mula didirikan dijogjakarta.

b.   sekolah serikat rakyat, disemarang, yang berhaluan komunis.

c.   Kesatrian Institut, yang didirikan oleh Dr.Douwes Dekker di kota bandung.

d.   Perguruan Rakyat, dijakarta dan bandung.

 

2.   Sesuai dengan tuntunan agama.

a.   sekolah-sekolah serikat islam.

b.   sekolah-sekolah muhamadiyah.

c.   sumatera tawalib dipadang panjang.

d.   sekolah-sekolah nadatul ulama.

e.   sekolah persatuan umat islam.

f.    sekolah al jami’atul wasliyah.

g.   sekolah al-irsyad.

h.   sekolah nasional normal islam.

 

Organisasi yang berdasarkan sosial keagamaan yang banyak melakukan aktivitas pendidikan islam antara lain yaitu

 

a.      Al-jami’at Al-khairiyah

Organisasi yang lebih dikenaal dengan nama Jami’at khair ini didrikan di jakarta tanggal 17 juli 1905. Anggota nya orang-orang arab dan tidak menutup kemungkinan untuk setiap muslim menjadi anggotaanpa diskriminasi asal usul. Umumnya anggota dan pemimpinya terdiri dari orang yang berada. Dua bidang yang sangat diperhatikan organisasi ini adalah:

 

1. Pendirian dan pembinaan satu sekolah tingkat dasar

2. Pengiriman anak-anak muda ke Turki

Pengiriman anak-anak muda ke Turki ini sering terhambat karena kekurangan biaya dan juga karena kemunduran khilafat. sekolah dasar jani’at khair bukan hanya mempelajari pengetahuan agma tetapi juga mempelajari pengetahuan umum.Untuk memenuhi tenaga guru yang berkualitas jami’at khair mendatangkan guru dari daerah lain bahkan luar negri. Pada bulan oktober 1911 tiga orang guru dari negeri arab bergabung ke jami’ay khair. Mereka adalah Syeikh Ahamad Surkati dari Sudan dan Syekh Muhamad Taib Dari Maroko Dan Syekh Muhamad Abdul Hamid dari Mekah

Menyusul kemudian pada oktober 1913 empat orang guru sahabat-sahabat Surkati dan salah seorang diantaranya adalah saudara kandungnya sendiri yaitu Muhamad Abdul Fadal Ansari, Muhamad Noor, Hasan Hamid Al-Antasari dan seorang lagi yang kemudian diperuntukan bagi Jama’ay Khair yang didirikan dikota Surabaya, yaiti Ahmad Al Awif.

Disamping membawa pembaharuan dalam sistem pengajaran yang pertama memasukan pengetahuan umum dan bangsa asing kedalam daftar pengajarannya dan mereka juga memperjuangkan persamaan hak sesama muslim dan pemikiran kembal kepada Al-Qur’An dan hadis. Hal ini yang menyebabkan mereka terasing dari kalangan Sayid dari Jami’at Khair. Suatu hal penting yang dicatat adalah nyataan pentig bahwa Jami’at Khair yang pertama memulai organisasinya dngan bentuk modern dalam masyarakat islam.

 

b.      Al-islah Wal irsyad

Al Ishlah wal Al Irsyad adalah pecahan dari organisasi Jami’at Khoiriyyah, didirikan pada tahun 1913 dan mendapat pengesahan dari belanda pada tanggal 11 Agustus 1915. menurut Steenbrink, organisasi ini lahir karena adanya perpecahan dikalangan Jami’at Khoir mengenai hak istimewa golongan Sayyid, mereka yang tidak setuju dengan kehormatan berlebihan dengan sayyid dikecam dan dicap sebagai reformis, kemudian mendirikan organisasi Jam’iyyah Al Ishlah Wal Irsyad Al ‘Arabiyyah. Tujuan organisasi ini yaitu:

1.  Merubah tradisi dan kebiasaan orang arab tentang kitab suci, bahasa arab, bahasa     belanda dan bahasa-bahasa lainya.

2.    Membangun dan memelihara gedung-gedung pertemuan, sekolah dan unit percetakan.

Salah satu perubahan yang di lakukan Al Irsyad adalah pembaharuan dibidang pendidikan. Pada tahun 1913 didirikan disebuah perguruan modern di Jakarta, dengn sistem kelas. Materi pelajaran yang diberikan adalah pelajaran umum dan agama. Sekolah-sekolah Irsyad berkembang dan meluas sampai ke kota-kota dimana Al Irsyad mempunyai cabang dan cara umum, semuanya berada ditingkat rendah.

Di Jakarta dan Surabaya didirikan sekolah guru  untuk melatih dan mendidik calon-calon guru bagi kebutuhan sekolah Al Irsyad selain itu juga dibuka kursus dimana siswi-siswi bisa memilih spesialisasi dari mata pelajaran agama, pendidikan atau bahasa.[3]

Masalah agama yang berasal dari gerakan al- irsyad sangat menggemparkan masyarakat karena, bertentangan dengan keyakinan yang ada pada waktu itu. Terutama majalah Az-Zakirah, yang keluar sejak bulan muhharam yang mengandung bahan peledak dan penggerak mengenai pembaharuan paham masyarakat islam Indonesia.

 

c.       Perserikatan Ulama’

Organisasi ini berdiri atas inisiatif KH. Abdul Halim pada tahun 1911 sebagai perwujudan dari lahirnya gerakn-gerakan pembaharuan islam di Indonesia. Beliau termotifasi untuk melaksanakan kegiatan, terutama dalam bidang pendidikan, diantaranya karena pengalaman selama di makkah yang membuatnya terkesan dengan penyelenggaraan  lembaga pedidikan  bab As Salam, yang sudah menerapkan sistem pendidikan yang cukup maju dengan meninggalkan sistem pendidikan lama yang memakai halaqoh.

Dalam perbaikan mutu lembaga pendidikanya, Abdul Halim berhubungan dengan Jami’at Khoir dan Al Irsyad di Jakarta. Ia juga mewajibkan pada murid-muridnya pada tingkat yang tinggi untuk memahami bahasa arab.

Pada tahun 1932. Abdul  Halim mendirikan “santri asrama” sebuah sekolah berasrama yang dibagi menjadi tiga tingkatan: tingkat permulaan, dasar, dan lanjutan. Kurikulum yang diberikan di sekolah tersebut tidak hanya berupa pengetahuan agama dan umum, tetapi juga keterampilan  yang bernilai ekonomis, pelajar-pelajar santri asrama dilatih dalam pertanian, pekerjaan tangan (besi dan kayu) menenun dan mengolah berbagai bahan seperti membuat sabun. Mereka harus tinggal di asrama di siplin yang ketat, terutama dalam pembagian waktu dan dalam sikap pergaulan hidup mereka.[4]

 

d.         Muhamadiyah

Muhamadiyah adalah organisasi islam yang bergerak dibidang pendidikan, dakwah dan kemasyrakatan. Muhamadiyah didirikan dijogjakarta pada tanggal 10 november 1912 bertepatan dengan 8 zulhijah 1330 H oleh K.H. Ahmad Dahlan.

Tujuan didirikan organisasi muhamadiyah ini adalah untuk membebaskan umat islam dari kebekuan dalam segala bidang kehidupannya, dan praktek-praktek agama yang menyimpang dari kemurnian ajaran islam. Sebagai organisasi dakwah dan pendidikan, muhamadiyah mendirikan lembaga pendidikan dari tingkat dasar sampai keperguruan tinggi. pada tahun 1015 K.H. Ahmad dahlan mulai mendirikan sekolah dasarnya yang pertama. Pada ssekolah ini diberikan pengetahuan umum dan agama. Kemudian diikuti dengan berdirinya sekolah-sekolah muhamadiyah dipelosok indonesia.

Organisasi ini mempunyai maksud untuk menyebarkan pengajaran kangjeng nabi Muhamad SAW kepada penduduk bumi putra dan memajukan hal agama islam kepada anggota-anggotanya. Usaha lain untuk mencapai maksud dan tujuan ini ialah dengan mengadakan:

a.       Mengadakan dakwah islam.

b.      Memajukan pendidikan dan pengajaran.

c.       Menghidup suburkan masyarakat yang saling tolong menolong.

d.      Mendirikan dan memelihara tempat ibadah dan wakaf.

e.       Mendidik dan mengasuh anak-anak dan pemuda-pemuda, supaya kelak menjadi orang islam yang berarti.

f.       Berusaha kearah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang sesuai denga ajaran islam.

g.      Berusaha dengan segala bijaksana, supaya kehendak dan peraturan islam berlaku dalam islam.

Pada tahun 1925 organisasi ini telah mempunyai delapan Hollands inlandse school.sebuah sekolahan guru di yogyakarta, 32 sekolah dasar lima tahun, sebuah schakel school, dan 14 buah madrasah, yang seluruhnya 119 orang guru dan 4000 murid.

 Pada tahun 1992 organisasi ini telah mempublikasikan penerbitan sejumlah 700.000 buah buku dan brosur. Kemuduan pada tahun 1938 telah memiliiki 3i perpustakaan umum dan 1774 sekolah. Diantara sekolah-sekolah Muhamadiyah yang tertua dan terbesar jasanya adalah :

a.       Kwekschool Muhamadiyah di Yogyakarta.

b.      Mua’allimin Muhammadiyah, solo,jakarta.

c.       Mua’limmat muhammadiyah, Yogyakarta.

d.      Zu’ama/Za’imat, Yogyakarta.

e.       Kulliyah Muballigin/Muballigat, Padang Panjang.

f.       Tabligschool, Yogyakarta.

g.      HIK Muhammadiyah, Yogyakarta.

 

e.    Nahdlatul Ulama.

Latar belakang didirikannya organisasi ini semula adalah sebagai perluasan dari suatu komite hijaz yang dibangun dengan dua tujuan yaitu:

a.       Untuk mengimbangi komite khilafat yang secara berangsur-angsur jatuh ketangan golongan pembaharuan.

b.      Untuk berseru kepada Ibnu Sa’ud, penguasa baru ditanah Arab, agar kebiasaan beragama secara tradisi dapat diteruskan.

Maksud perkumpulan Gerakan NU adalah mempertahankan salah satu dari empat madzhab dalam masalah yang berhubungan dengan fiqh madzhab Hanafi, madzhab Maliki, madzhab Syafi’I dan madzhab Hambali.Dalam hal I’tiqod, NU berpegang pada Ahlussunah Waljama’ah. Dalam konteks ini, NU memahami hakikat Ahlussunah Waljama’ah sebagai ajaran islam yang murni sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rosulullah SAW bersama para sahabatnya.

Untuk mencapai maksud itu, maka diadakan ikhtiar

a.       Mengadakan perhubungan diantara ulama-ulama yang bermazhab tersebut.

b.      Memeriksa kitab-kitab sebelum dipakai untuk mengajar.

c.       Mengajarkan agama islam berdasarkan pada empat mazhab dngan jalan apa saja.

d.      Beriktiar memperbanyak madrasah-madrasah yang berdasarkan agama islam.

e.       Memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan masjid-masjid,surau, dan pondok pesantren.

f.       Mendirikan badan-badan untuk memajukan urusan pertanian,perniagaan dan perusahaan yang tidak dilarang oleh syar’a agama islam.

 

Motifasi utama berdirinya NU adalah mengorganisasikan potensi dan peranan ulama’ pesantren yang sudah ada, untuk ditingkatkan dan dikembangkan secara luas untuk diguakan sebagai wadah untuk mempersatukan dan menyatukan langkah para ulama’ pesantren dalam tugas pengabdian yang tidak terbatas pada masalah kepesantrenan dan kegiatan ritual Islam saja, tetapi lebih ditingkatkan lagi agar para ulama’ lebih peka terhadap masalah-masalah sosial, ekonomi dan masalah kemasyarakatan pada umumnya.   

Dengan demikian tampak bahwa NU bermaksuf mempertahankan praktek keagamaan yang sudah menstradisi. NU memberikan perhatian yang besar pada pendidikan, khusnya pendidikan tradisional. NU mendirikan madrasah dengan model barat, sampai akhir tahun1956 komisi perguruan NU mengeluarkan reglement tentang susunan madrasah-madrasah NU yang terdiri dari:

1.  Madrasah awaliyah lama belajar 2 tahun.

2.  Madrasah ibtidaiyah lama belajar 3 tahun.

3.  Madrasah tsanawiyah lama belajar 3 tahun.

4.  Madrasah mu’alimin wusta lama belajar 2 tahun

5.  Madrasah mu’alimin ulya lama belajar 3 tahun.

Di bidang pendidikan formal nahdatul ulama membentuk satu bagian khusus yang mengelola kegiatan bidang ini dengan nama al-ma’rif yang bertugas membuat perundangan dan program pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan/sekolah yang berada dibawah naungan NU.[5]

 

f.       Persatuan islam.       

Didirikan secara resmi pada tanggal 12 September1923 di Bandung oleh sekelompok orang Islam yang berminat dalam studi dan aktivitas keagamaan yang dipimpin oleh Zamzam dan Muhammad Yunus.

Pada awal berdirinya, pesantren persatuan islam dikenal sebagai pesantren yang sangat modern apalagi dibandingkan dengan pesantren-pesantren lain pada umumnya karena keberaniannya memasukkan beberapa sistem administrasi pendidikan dan model kurikulum seperti yang diajarkan sekolah Belanda. Walaupun demikian, pada dasarnya kurikulum yang dikembangkan pesantren persatuan islam ini adalah penimbangan pendidikan agama sebagai prioritas, jika dibandingkan dengan pendidikan umum, dan yang menarik,kurikulum yang dipakai sampai saat ini adalah hasil rakitan sendiri. Namun begitu dalam pengakuan berbagai pendidik di kalangan pesantren, “kurikulum rakitan” itu masih didasarkan kepada kaidah-kaidah baku gerakan persatuan islam, seperti yang disebut Ahkam Al-Syar’i Dan Qaidah Ushul. Dari racikan kurikulum seperti ini, diharapkan para santri memiliki bekal pengetahuan akidah yang cukup, dan ta’abudi(berbudi pekerti) yang berdasarkan al-sAkhlak al-kKarimah (akhlak budi pekerti luhur).

Di samping menyelenggarakan pendidikan Islam berupa madrasah atau sekolah lain, persatuan islam juga mendirikan sebuah pesantren. Pesantren persatuan islam didirikan di Bandung tanggal 1 Dzulhijjah 1354 H bertepatan dengan Maret 1936. Pesantren ini dipimpin oleh A. Hasan sebagai kepala dan Muhammad Nasir sebagai Penasehat dan Guru.

Tujuan pendidikan pesantren ini untuk mengeluarkan mubalig-mubalig yang sanggup menyiarkan, mengajar, membela dan mengajarkan agama Islam. Dengan demikian, diharapkan terbentuknya kader-kader yang punya kemauan keras untuk melakukan dakwah Islamiyah.

Namun demikian, pada tahun 1988 terjadi perubahan yang cukup mendasar dalam sistem pendidikan Persis, yakni ketika pimpinan pesantren Persis secara kelembagaan mengizinkan para santri untuk mengikuti ujian negara dalam bentuk evaluasi belajar tahap akhir persamaan. Hal ini belaku bagi siswa yang merampungkan studinya di tingkat Tsanawiyah maupun tingkat muallimin. Hal ini merupakan langkah besar bagi Persis karena pada masa kepemimpinan sebelumnya di bawah pimpinan KH. Abdurrahman, para santri dan siswa di lingkungan persis tidak diperbolehkan mengikuti ujian negara yang salah satu tujuan utamanya mendapatkan ijazah negeri. Dalam perspektif Kyai, hal ini akan mempengaruhi visi dan orientasi para siswa di didik di lingkungan Persis untuk menjadi ulama menjadi cenderung pragmatis seperti pegawai negeri.[6]

 

2.    Tokoh-tokoh Pendidikan Islam Di Indonesia.

 

Adapun tokoh-tokoh pendidikan Islam di Indonesia antara lain:

1) Kyai Haji Ahmad Dahlan (1869-1923)

K.H Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 M dengan nama kecilnya Muhammad Darwis, putra dari K.H Abu Bakar Bin Kyai Sulaiman, khatib di Masjid besar (Jami’) kesultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putri Haji Ibrahim, seorang penghulu Setelah beliau menamatkan pendidikan dasarnya di suatu Madrasah dalam bidang Nahwu, Fiqih dan Tafsir di Yogyakarta beliau pergi ke Makkah pada tahun 1890 dan beliau menuntut ilmu disana selama satu tahun. Salah seorang gurunya Syekh Ahmad Khatib. Sekitar tahun 1903 beliau mengunjungi kembali ke Makkah dan kemudian menetap di sana selama dua tahun

Beliau adalah seorang yang alim luas ilmu pengetahuanya dan tiada jemu-jemunya beliau menambah ilmu dan pengalamanya. Dimana saja ada kesempatan sambil menambah atau mencocokan ilmu yang telah diperolehnya. Observation lembaga pernah beliau datangi untuk mencocokan tentang ilmu hisab. Beliau ada keahlian dalam ilmu itu. Perantauanya kelauar pulau jawa pernah sampai ke Medan. Pondok pesantren yang besar-besar di Jawa pada waktu itu banyak dikunjungi.

Cita-cita K.H Ahmad Dahlan sebagai seorang ulama adalah tegas, beliau hendak memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita agama Islam. Usaha-usahanya ditujukan hidup beragama, keyakinan beliau ialah bahwa untuk membangun masyarakat bangsa harus terlebih dahulu dibangun semangat bangsa. K.H Ahmad Dahlan pulang ke Rahmatullah pada Tahun 1923 M Tanggal 23 Pebruari dalam usia 55 Tahun dengan meninggalkan sebuah organisasi Islam yang cukup besar dan di segani karena ketegaranya.

 

2) K.H Hasim Asy’ari (1971-1947)

K.H Hasim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Februari tahun 1981 M di Jombang Jawa Timur mula-mula beliau belajar agama Islam pada ayahnya sendiri K.H Asy’ari kemudian beliau belajar di pondok pesantren di Purbolinggo, kemudian pindah lagi ke Plangitan Semarang Madura dan lain-lain.

Sewaktu beliau belajar di Siwalayan Panji (Sidoarjo) pada tahun 1891, K.H Ya’kub yang mengajarnya tertarik pada tingkahlakunya yang baik dan sopan santunya yang harus, sehingga ingin mengambilnya sebagai menantu, dan akhirnyabeliau dinikahkan dengan putri kiyainya itu yang bernama Khadijah (Tahun 1892). Tidak lama kemudian beliau pergi ke Makkah bersama istrinya untuk menunaikan ibadah haji dan bermukim selama setahun, sedang istrinya meninggal di sana.

Pada kunjunganya yang kedua ke Makkah beliau bermukim selama delapan tahun untuk menuntut ilmu agama Islam dan bahasa Arab. Sepulang dari Makkah beliau membuka pesantren Tebuiring di Jombang (pada tanggal 26 Rabiul’awal tahun 1899 M)
Jasa K.H Hasim Asya’ari selain dari pada mengembangkan ilmu di pesantren Tebuireng ialah keikutsertaanya mendirikan organisasi Nahdatul Ulama, bahkan beliau sebagai Syekul Akbar dalam perkumpulan ulama terbesar di Indonesia.

Sebagai ulama beliau hidup dengan tidak mengharapkan sedekah dan belas kasihan orang. Tetapi beliu mempunyai sandaran hidup sendiri yaitu beberapa bidang sawah, hasil peninggalanya. Beliau seorang salih sungguh beribadah, taat dan rendah hati. Beliau tidak ingin pangkat dan jabatan, baik di zaman Belanda atau di zaman Jepang kerap kali beliau deberi pangkat dan jabatan, tetapi beliau menolaknya dengan bijaksana.

 

Banyak alumni Tebuiring yang bertebarang di seluruh Indonesia, menjadi Kyai dan guru-guru agama yang masyhur dan ada diantra mereka yang memegang peranan penting dalam pemerintahan Republik Indonesia, seperti mentri agama dan lain-lain (K.H A. Wahid Hasyim, dan K.H Ilyas). K.H Asy’ari wafat kerahmatullah pada tanggal 25 Juli 1947 M dengan meninggalkan sebuah peninggalan yang monumental berupa pondok pesantren Tebuiring yang tertua dan terbesar untuk kawasan jawa timur dan yang telah mengilhami para alumninya untuk mengembangkanya di daerah-daerah lain walaupun dengan menggunakan nama lain bagi pesantren-pesantren yang mereka dirikan.

 

3) K.H Abdul Halim (1887-1962)

K.H Abdul Halim lahir di Ciberelang Majalengka pada tahun 1887. beliau adlah pelopor gerakan pembeharuan di daerah Majalengka Jawa Barat yang kemudian berkembang menjadi Perserikatan Ulama, dimulai pada tahun 1911. yang kemudian berubah menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) pada tanggal 5 April 1952 M. Kedua orang tuanya berasal dari keluarga yang taat beragama (ayahnya adalah seorang penghulu di Jatiwangi), sedangkan famili-familinya tetap mempunyai hubungan yang erat secara keluarga dengan orang-orang dari kalangan pemerintah.

K.H Abdul Halim memperoleh pelajaran agama pada masa kanak-kanak dengan belajra diberbagai pesantren di daerah Majalengka sampai pada umur 22 Tahun. Ketika beliau pergi ke Makkah untuk naik haji dan untuk melanjutkan pelajaranya.

Pada umumnya K.H Abdul Halim berusaha untuk menyebarkan pemikiranya dengan toleransi dan penuh pengertian. Dikemukakan bahwa beliau tidak pernah mengecam golongan tradisi ataupun organisasi lain yang tidak sepaham dengan beliau, tablignya lebih banyak merupakan anjuran untuk menegakan etika di dalam masyarakat dan bukan merupak kritik tentang pemikiran ataupun pendapat orang lain.

Pada tanggal 7 Mei 1962 K.H Abdul Halim pulang kerahmatullah di Majalengka Nawa Barat dalam usia 75 Tahun dan dalam keadaan tetap teguh berpegang pada majhab Safi’i.[7]

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

perkembangan Islam di Indonesia sangat pesat yang seperti berbeda pendapat tentang permulaan Islam di Indonesia antara lain: Bahwa kedatangan Islam pertama di Indonesia tidak identik dengan berdirinya kerajaan Isalam pertama di Indonesia mengingat bahwa pembawa Islam ke Indonesia adalah para pedagang, bukan missi tentara dan bukan pelarian politik. Mereka tidak ambisi langsung mendirikan kerajaan Islam.

Pada tahun 1905 pemerintah Belanda mengeluarkan satu peraturan yang mengharuskan para guru agama memiliki izin khusus untuk mengajar. Banyak sikap mereka yang sangat merugikan lajunya perkembangan pendidikan agama di Indonesia, misalnya

  • Setiap sekolah atau Madrasah harus memiliki izin dari bupati/pejabat pemerintahan belanda
  • Harus ada penjelasan dari sifat pendidikan yang sedang dijalankan secara terperinci

Para guru harus membuat daftar murid dalam bentuk tertentu dan mengirimkanya secara periodic kepada daerah yang bersangkutan.

 

 

DAFTAR PUSTAKA
 

Prof. Dr.H. Samsul nizar, M.Ag. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta;Kencana 2009.

 

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, Bulan Bintang; 1997.

 

Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, PT. Logos Wacana Ilmu, Jakarta; 1999.

 


 




[1] prof. Dr.H. Samsur Nizar, M.ag, sejarah pendidikan islam, jakarta kencana: 2009 hal
[3] Hanun Asrohah, 1999, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta; PT. Logos Wacana Ilmu. H. 161.
[4] ] Fenti Himawati, Op.Cit., H. 94
 
[5] Drs. Zuhairin.dkk , Op.Cit., H.159-186.
 
 
[6] M.Ali Hasan, Mukti Ali. Kapita Sketsa Pendidikan Islam Hal 9-27.
 
[7] http://ilmukita57.wordpress.com/2011/12/05/tokoh-tokoh-pendidikan-islam-di-indonesia/
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar