Sabtu, 14 April 2012

islam pada masa abu bakar.


BAB I

PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang Masalah.



Abu Bakar adalah Abdullah Bin Utsman Bin Amir Bin Amr Bin Ka’b Bin Sa’d Bin Murrah At Taimi. Pada  masa jahiliah ia dinamakan Abdul Ka’bah. Kemudian Rosullulah menamainya dengan Abdullah, dia pun di juluki Atiq juga Ash Shiddiq karena bergegas membenarkan Kerasulan Rosullulah terutama ketika kesokan hari dari peristiwa isra.

Abu bakar adalah salah seorang dari para pemimpin Quraisy dan anggota

majlis permusyawaratan. Dia dikenal sebagai seorang yang berperang lembut dan dicintai oleh kaumnya. Pada zaman jahiliah dia adalah tempat menggantungkan harapan keluarga saat di antara beliau terlilit hutang. Bilamana beliau kedapatan     sedang membawa barang untuk melunasi hutang keluarganya dan dia bertanya kepada  orang orang Quraisy perihal orang yang akan di bantuna, maka mereka memuji dan ikut membantunya.

Ditinjau dari segi politik, situasi kepemimpinan Abu Bakar lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan masa masa brikutnya, karena di samping ketegasan Abu Bakar, faktor ketebalan iman kaum Muhajirin dan Anshar masih tinggi, lantaran belum lama berpisah dengan Rasulullah Saw.Sedangkan kekuatan yang sangat menentukan keberhasilan ini adalah dukungan mutlak dari Umar bin Khatab, sahabat yang paling disegani oleh kaum muslimin saat itu, bahkan karena alasan ini pula Abu Bakar menunjuk Umar sebagai penggantinya.























BAB II

PEMBAHASAN



A.    Abu Bakar Ash Shidiq (11-13 H/632-633 M)

Dia adalah Abdullah Bin Utsman Bin Amir Bin Amr Bin Ka’b Bin Sa’d Bin Murrah At Taimi. Pada  masa jahiliah ia dinamakan Abdul Ka’bah. Kemudian Rosullulah menamainya dengan Abdullah, dia pun di juluki Atiq juga Ash Shiddiq karena bergegas membenarkan Kerasulan Rosullulah terutama ketika kesokan hari dari peristiwa isra.

            Abu bakar dilahirkan di mekkah dua tahun beberapa bulan sesudah tahun gajah. Dia dikenal sebagai seorang yang terkenal sebagai seorang yang berprilaku terpuji dan terkenal sebagai seorang yang pandai menjaga kehormatan diri. Dia tidak pernah minum arak yang sangat membudaya pada zaman jahiliah. Sebagaimana dia pun sebagai seorang terpandang di kalangan penduduk mekkah pada zaman jahiliah, seorang ahli silsilah dan sejarah bangsa barat. Pada masa mudanya dia seorang saudagar kaya yang memiliki kapital stock mencapai empat puluh ribu dirham. Dialah orang pertama masuk islam dari kalangan kaum laki-laki dan sesudah menjadi seorang muslim dia terkenal sebagai orang yang bergegas meninggalkan dunia dagang untuk memusatkan diri dalam kegiatan dakwah islamiah bersama Rosullulah. Banyak orang arab masuk isalam berkat dakwahnya. Di antara mereka tersebut adalah: Utsman Bin Afan, Az Zubair Bin Al Awwam, Abdurrahman Bin ‘Auf, Said Bin Abu Waqqash, Dan Thalhah Bin Ubadillah.

            Iman dia kepada Rosullulah sangat kuat, mengingat dia adalah sahabat beliau sejak kecil. Dialah sahabat yang menemani beliau ketika hijrah kemadinah dan dialah yang dimaksud dalam firman Allah Ta’ala:

žwÎ) çnrãÝÁZs? ôs)sù çnt|ÁtR ª!$# øŒÎ) çmy_t÷zr& tûïÏ%©!$# (#rãxÿŸ2 šÎT$rO Èû÷üoYøO$# øŒÎ) $yJèd Îû Í$tóø9$# øŒÎ) ãAqà)tƒ ¾ÏmÎ7Ås»|ÁÏ9 Ÿw ÷btøtrB žcÎ) ©!$# $oYyètB ( tAtRr'sù ª!$# ¼çmtGt^Å6y Ïmøn=tã ¼çny­ƒr&ur 7ŠqãYàfÎ/ öN©9 $yd÷rts? Ÿ@yèy_ur spyJÎ=Ÿ2 šúïÏ%©!$# (#rãxÿŸ2 4n?øÿ¡9$# 3 èpyJÎ=Ÿ2ur «!$# šÏf $uù=ãèø9$# 3 ª!$#ur îƒÍtã íOŠÅ3ym ÇÍÉÈ  

Artinya: Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana[1].( Q.S AT-taubah: 40 )

            Ketika Rasulullah menetap di madinah abu bakar adalah tangan kanan beliau. Rasullulah telah menganugrahkan khusus kepadanya dimana selain dia tidak ada yang memperoleh anugrah istimewa tersebut. Masyarakat arab yang mengenal berbagai negri asing bersama hal ikhwalnya, seperti Kisra Persia, Kaisar Romawi, Dan Negus, mereka menyebut Abu Bakar sebagai menterinya.

            Ath Thabari telah meriwayatkan (jilid 3, hal. 193), bahwa Rasulullah s.a.w ketika bersabda dalam kutbahnya yang terakhir mengemukakan: sesungguhnya seorang hamba dari hamba-hamba Allah telah disuruh memilih antara dunia dengan apa yang ada disisinya, lalu ia memilih apa yang ada disisi Allah.



            Pendek kata, sesungguhnya abu bakar adalah seorang yang telah berbagi suka dan duka bersama Rasulullah saw. Dia telah berbagi rasa bersama beliau dalam merasakan pahitnya hidup termasuk dalam menikmati manisnya kemenangsn dan keberuntungan.



B.     Sifat Abu Bakar.



Abu bakar adalah salah seorang dari para pemimpin Quraisy dan anggota

majlis permusyawaratan. Dia dikenal sebagai seorang yang berperang lembut dan dicintai oleh kaumnya. Pada zaman jahiliah dia adalah tempat menggantungkan harapan keluarga saat di antara beliau terlilit hutang. Bilamana beliau kedapatan     sedang membawa barang untuk melunasi hutang keluarganya dan dia bertanya kepada  orang orang Quraisy perihal orang yang akan di bantuna, maka mereka memuji dan ikut membantunya.

                        Tatkala islam datang Rasulullah Saw lebih tertarik kepada Abu Bakar daripada yang lainnya. Dia termasauk orang orang yang tetap bersama Rasulullah dalam peristiwa yang terjadi saat Perang Uhud dan Perang Hunain.

                        Abu Bakar terkenal dalam setiap keadaan sebagai seorang ksatria dan berpendirian teguh dalam melangkah. Tidak mengherankan, karena dia adalah orang yang telah bagkit untuk menyempurnakan dakwah dan mempersatukan kesatuan pandangan bangsa arab sesdah ikatan mereka terkoyak atau hampir terurai. Ketika mereka menyerbu Madinah dan Panglima Usamah sedang memimpin tentara Islam dalam perang di Syam dia pun langsung tampil ke depan untuk menghadapi mereka. Melihat langkah yang di tempuh Abu Bakar ini, sehingga para sahabat meminta agar dirinya jangan dihadapkan  pada bahaya. Namun dia menepisnya, serta berkata: Demi Allah !! aku tidak akan terjebak dalam bahaya dan kalian tidak usah mengkhawatirkan keselamatan diriku. Dia begitu sabar dan tangguh sehingga Allah s.w.t menghendaki kemenangan dan keberuntungan berpihak kepadanya. Dia berhasil membawa kaum pemberontak kembali kepada pangkuan agama dan berkat ketangguhanya syariat isalam tetap menjulang tinggi. Abu bakar adalah seorang khalifah yang telah membentuk pasukan tentara kaum muslimin dengan tugas agar menyebarkan dakwah dan berjihad fisabililah Di Luar Jazirah Arab.

                        Betapa banyak hadist mutawatir dari Rasulullah  yang mengemukakan tentang kemuliaan pribadi Abu Bakar dan pengakuan atas bantuan dia kepada beliau sserta pengorbanannya yang di persemmbahkan bagi umat islam. Abu bakar adalah seorang yang dermawan. Begitu dermawannya sehingga dia menginfakkan kekayaannya fi sabililah. Dikisahkan, berdasarkan perhhitungan ‘Urwah Bin Az Zubair jumblah infak tersebut sebanyak empat puluh dirham. Dia telah menginfakkan hartanya di jalan Allah dan dia juga telah memerdekakan tujuh orang hamba sahaya yang disiksa oleh orang orang musyrik Quraisy agar kembali paa Aqidah Watsaniah. Di antara mereka itu adalah: Bilal, ‘Amir Bin Fuhairah, dan seorang budak perempuan Bani Al Muawwil.

                        Dia juga terkenal seorang yang rendah hati dan zahid karena mengikuti Rasulullah s.a.w. sehingga bila dipuji ia berkata: Ya Allah !! Engkau maha mengetahui perihal diri ku daripada dirku sendiri dan aku lebih mengetahui perihal diriku daripada mereka. Ya Allah  !! jadikanlah diriku lebih baik  dari apa yang mereka kira dan ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketehui. Janganlah engkau menghukum diri ku atas apa yang mereka katakan. Dia orang yang sangat terkenal di kalangan sahabat sebagai seorang berilmu yang luas dan dalam pemahaman agamanya serta fasih dalam berbicara, disamping berfikir cemerlang, berfirasat tajam, dan pemahamannya dalam serta rinci[2].

           

C.    Pemilihan Abu Bakar Sebagai Khalifah (632-634 M/11-13 H)

1.      Proses pemilihannya.

Musyawarah di Saqifah Bani Saidah semula bersifat intern bagi kaum Anshar, tetapi setelah Abu Bakar dan Umar mengetahui hal itu, maka keduanya khawatir kalau kaum Anshar mengambil keputusan yang tidak disetujui oleh berbagai pihak, yang pada gilirannya dapat menimbulkan perpecahan umat. Oleh karena itu, Abu Bakar dan Umar segera menggabungkan diri, sehingga pertemuan yang semula bersifat intern itu berubah menjadi forum terbuka, karena secara tidak langsung telah mewakili dua kelompok muslim bersaudara, yaitu kaum Muhajirin Dan Anshar.

Dilihat dari alur pengambilan keputusan tersebut, maka tahap pembicaraannya dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1.      Kaum Anshar, dengan juru bicara Saad Bin Ubadah mengemukakan: Ansharlah yang paling berhak menduduki kursi Amir ( pemmpin ), untuk itu dia menawarkan Muhajirin pada kursi Wazir.

2.      Abu Bakar, juru bicara muhajirin menganggap, kaum Muhajirinlah yang paling baik dan berhak menduduki kursi Amir dan dia tetap memuji Anshar serta mengikutinya sebagai saudara Muhajirin. Untuk itu dia menawarkan kursi Wazir bagi kaum Anshar.

3.       Pembicaraan tahap ketiga: usul  Abu Bakar di tolak oleh anshar yang diwakili oleh Hubab Bin Mundir, dan mengajukan usul baru supaya masing masing mengangkat Amir sendiri sendiri.

4.      Usul tersebut ditolak oleh Abu Bakar dan dia tetap mengajukan calon dari Muhajirin untuk dipilih salah satu, yaitu Umar Bin Khatab dan Abu Ubadillah bin Jarrah. Usul ini justru menimbulkan keributan dan ketegangan, sehingga beberapa pemuka Anshar mengadakan lobi untuk meredakan ketegangan, dan menyerahkan kepemimpinan umat kepada Muhajirn.

5.      Usul terakhir yang netral dari semangat kelompok/golongan adalah muncul dar Umar bin Khatab, yang mengajukan Abu Bakar dengan alasan kelebihan kelebihan yang dimiliki yaitu dialah satu satunya sahabat yang menyertai nabi sewakt berada di Gua, dialah satu satunya sahabat yang diminta Nabi untuk menggantikan kedudukan beliau memimpin shalat berjamaah, dan dialah yang paling dekat dengan Rosulullah Saw.



Musyawarah yang menghasilkan ’’Mufakat Bulat’’ itu merupakan suatu tradisi baru dalam musyawarah yang berdasarkan Ukhuwah. Menurut Fazlur Rahman bahwa sistem Syura dalam al-Quran adalah mengubah Syura dari sebuah institusi suku menjadi institusi komunitas, karena ia menggantikan hubungan darah dengan hubungan iman.



2.         Masalah keterlambatan baiat Ali terhadap Abu Bakar.



Keterlambatan Ali dalam membaikat Abu Bakar sebagai khalifah bukan berarti bahwa Ali berambisi untuk menduduki jabatan khalifah dengan dukungan Bani Hasyim. Memang ada sementara pihak yang berpendapat bahwa Ali menolak berbaikat kepada Abu Bakar, dan menuduh Abu Bakar merebut hak kekhalifahan dari kaum Anshar, serta merebutnya pula dari hak hak Ahlul bait Rasulullah ( ssebagaimana ditrangkan dalam sebuah kitab al-imamah wa al-siyasah).

Dalam riwayat al-Thabari disimpulkan bahwa Ali tidak menentang Abu Bakar, tidak pula berambisi untuk merebut kekuasaan. Sebenarnya Abu Sofyan-lah yang membesarkan masalah menghasut Ali dan Ibnu Abbas untuk menduduki jabatan khalifah dan merebutnya dari Abu Bakar walaupun dengan kekerasan. Tetapi justru ali menolak dan mengecam provokasi ( hastan ) Abu Sofyan. Ali berbaikat kepada Abu Bakar, karena dialah yang memiliki kelebihan kelebihan yang layak menjadi khalifah.

Dalam perkembangan sejarah sebenarnya Ali berbaiat juga kepada Umar bin Khatab,Usman Bin Affan. Bahkan ketika rumah Usman diserang pemberontakan, Ali justru ikut mengamankannya. Karena itu dia tidak selayaknya untuk mengatakan bahwa pemecahan umat islam pada masa Khulafaurrasyidin ditarik garis linier dari peristiwa di Saqifah Bani Saidah, maupun keterlambatan baiat Ali terhadap Abu Bakar[3].

D.    Strategi kepemimpinan Abu Bakar.



Ditinjau dari segi politik, situasi kepemimpinan Abu Bakar lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan masa masa brikutnya, karena di samping ketegasan Abu Bakar, faktor ketebalan iman kaum Muhajirin dan Anshar masih tinggi, lantaran belum lama berpisah dengan Rasulullah Saw.

Sedangkan kekuatan yang sangat menentukan keberhasilan ini adalah dukungan mutlak dari Umar bin Khatab, sahabat yang paling disegani oleh kaum muslimin saat itu, bahkan karena alasan ini pula Abu Bakar menunjuk Umar sebagai penggantinya.

Adapun kepemimpinan Abu Bakar dapat disimpulkan dari sisi pidatonya pada hari pembaiatan, secara umum di Masjid Nabawi yang merupakan kebijaksanan awalnya sebagai berikut:



1.    Pengangkatan dirinya sebagai khalifah bukan atas ambisi pribadi, melainkan amanat yang diberikan oleh kaum muslim.

2.    Mengakui kekurangan dan kelemahan dirinya, dalam arti tidak menyombongkan diri dan tidak menampakkan kelebihannya.

3.    Menjunjung tinggi kebenaran dan amanat umat.

4.    Menggembalikan hak yang dimiliki oleh orang orang yang lemah.

5.    Tidak merendahkan terhadap orang yang lemah, dan tidak gentar menghadapi orang yang merasa besar.

6.    Membakar semangat juang di jalan Allah.

7.    Menganjurkan umat untuk taat kepada Allah dan Rosul-Nya, serta kepada dirinya selama menjalankan roda pemerintahan tidak melanggar hukum Allah dan Rosul-Nya.

8.    Memberikan hak berpendapat untuk menegur dan memperbaiki khalifah bila berbuat salah. Kebijakan kebijikan tersebut disampaikan secara terbuka kepada umat islam, sehingga akan menimbulkan ‘’ Sense of Belonging’’ pada kalbu umat terhadap misi kepemimpinannya.











Selama 2 ( dua ) tahun Abu Bakar menjalankan roda pemerintahan, terdapat beberapa hal penting yang patut dicatat, yaitu:

a)    Tidak melakukan mutasi jabatan bagi sahabat yang telah ditugaskan oleh Nabi SAW, dalam memangku jabatan tersebut.

b)   Tidak mengangkat pejabat dari kalangan keluarga sendiri.

c)    Atas desakan para sahabat khalifah berhak mendapat gaji dan tunjangan keluarga yang dibiayai oleh Bait al Mal.

d)   Pembentukan divisi militer yang terdiri dari 11 ( sebelas ) divisi.

e)    Melanjutkan program Nabi untuk meruntuhkan pertahanan kerajaan Bizantium dan menertibkan pengacuan dalam negri.

f)    Menertibkan pembayaran Zakat untuk membangun perekonomian dalam negri, sekaligus menjalankan syariat islam.

g)   Merealisir usul Umar bin Khatab untuk mengumpulkan ayat ayat Suci Al-Qur’an yang masih terdapat di beberapa tempat.

h)   Peristiwa politik yang sangat besar yaitu ‘’ pelimpahan secara tertulis ‘’ tanggung jawab kekhalifahan dari dirinya ( setelah wafat ) kepada Umar bin Khatab ( sebagaimana uraian terdahulu)[4].































Bab III

PENUTUP



1.      Kesimpulan.





Abu bakar adalah salah seorang dari para pemimpin Quraisy dan anggota

majlis permusyawaratan. Dia dikenal sebagai seorang yang berperang lembut dan dicintai oleh kaumnya



Ditinjau dari segi politik, situasi kepemimpinan Abu Bakar lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan masa masa brikutnya, karena di samping ketegasan Abu Bakar, faktor ketebalan iman kaum Muhajirin dan Anshar masih tinggi, lantaran belum lama berpisah dengan Rasulullah Saw.

Selama 2 ( dua ) tahun Abu Bakar menjalankan roda pemerintahan, terdapat beberapa hal penting yang patut dicatat, yaitu:

1.      Tidak melakukan mutasi jabatan bagi sahabat yang telah ditugaskan oleh Nabi SAW, dalam memangku jabatan tersebut.

2.      Tidak mengangkat pejabat dari kalangan keluarga sendiri.

3.      Atas desakan para sahabat khalifah berhak mendapat gaji dan tunjangan keluarga yang dibiayai oleh Bait al Mal.









































DAFTAR PUSTAKA





Dr.Hasan Hasan Ibrahim. 2001. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Prof. Dr. Muhaimin. Ma. 2007. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: kencana.
Dr. Mujib Abdul. 2007. Kawasan dan Waw


[1] Maksudnya: orang-orang kafir telah sepakat hendak membunuh Nabi SAW, Maka Allah s.w.t. memberitahukan maksud jahat orang-orang kafir itu kepada Nabi SAW. karena itu Maka beliau keluar dengan ditemani oleh Abu Bakar dari Mekah dalam perjalanannya ke Madinah beliau bersembunyi di suatu gua di bukit Tsur.

[2] Dr. Hasan ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam,kalam mulia Jakarta, hal 393-400.
[3] PROF. Dr. Muhaimin, MA. Et al, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Jakatra: Kencana, 2007 Hal 234-237.
[4] prof. Dr. Muhaimin, MA. Et al, Ibid hal 241-242.