BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah.
Abu Bakar adalah Abdullah Bin Utsman Bin Amir Bin Amr Bin Ka’b Bin
Sa’d Bin Murrah At Taimi. Pada masa
jahiliah ia dinamakan Abdul Ka’bah. Kemudian Rosullulah menamainya dengan
Abdullah, dia pun di juluki Atiq juga Ash Shiddiq karena bergegas membenarkan
Kerasulan Rosullulah terutama ketika kesokan hari dari peristiwa isra.
Abu bakar
adalah salah seorang dari para pemimpin Quraisy dan anggota
majlis
permusyawaratan. Dia dikenal sebagai seorang yang berperang lembut dan dicintai
oleh kaumnya. Pada zaman jahiliah dia adalah tempat menggantungkan harapan
keluarga saat di antara beliau terlilit hutang. Bilamana beliau kedapatan sedang membawa barang untuk melunasi
hutang keluarganya dan dia bertanya kepada
orang orang Quraisy perihal orang yang akan di bantuna, maka mereka
memuji dan ikut membantunya.
Ditinjau
dari segi politik, situasi kepemimpinan Abu Bakar lebih menguntungkan jika
dibandingkan dengan masa masa brikutnya, karena di samping ketegasan Abu Bakar,
faktor ketebalan iman kaum Muhajirin dan Anshar masih tinggi, lantaran belum
lama berpisah dengan Rasulullah Saw.Sedangkan kekuatan yang sangat menentukan
keberhasilan ini adalah dukungan mutlak dari Umar bin Khatab, sahabat yang
paling disegani oleh kaum muslimin saat itu, bahkan karena alasan ini pula Abu
Bakar menunjuk Umar sebagai penggantinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Abu Bakar Ash Shidiq (11-13 H/632-633 M)
Dia adalah Abdullah Bin Utsman Bin Amir Bin Amr Bin Ka’b Bin Sa’d
Bin Murrah At Taimi. Pada masa jahiliah
ia dinamakan Abdul Ka’bah. Kemudian Rosullulah menamainya dengan Abdullah, dia
pun di juluki Atiq juga Ash Shiddiq karena bergegas membenarkan Kerasulan
Rosullulah terutama ketika kesokan hari dari peristiwa isra.
Abu bakar
dilahirkan di mekkah dua tahun beberapa bulan sesudah tahun gajah. Dia dikenal
sebagai seorang yang terkenal sebagai seorang yang berprilaku terpuji dan
terkenal sebagai seorang yang pandai menjaga kehormatan diri. Dia tidak pernah
minum arak yang sangat membudaya pada zaman jahiliah. Sebagaimana dia pun
sebagai seorang terpandang di kalangan penduduk mekkah pada zaman jahiliah,
seorang ahli silsilah dan sejarah bangsa barat. Pada masa mudanya dia seorang
saudagar kaya yang memiliki kapital stock mencapai empat puluh ribu dirham.
Dialah orang pertama masuk islam dari kalangan kaum laki-laki dan sesudah
menjadi seorang muslim dia terkenal sebagai orang yang bergegas meninggalkan
dunia dagang untuk memusatkan diri dalam kegiatan dakwah islamiah bersama Rosullulah.
Banyak orang arab masuk isalam berkat dakwahnya. Di antara mereka tersebut
adalah: Utsman Bin Afan, Az Zubair Bin Al Awwam, Abdurrahman Bin ‘Auf, Said Bin
Abu Waqqash, Dan Thalhah Bin Ubadillah.
Iman dia kepada Rosullulah
sangat kuat, mengingat dia adalah sahabat beliau sejak kecil. Dialah sahabat
yang menemani beliau ketika hijrah kemadinah dan dialah yang dimaksud dalam
firman Allah Ta’ala:
wÎ) çnrãÝÁZs? ôs)sù çnt|ÁtR ª!$# øÎ) çmy_t÷zr& tûïÏ%©!$# (#rãxÿ2 ÎT$rO Èû÷üoYøO$# øÎ) $yJèd Îû Í$tóø9$# øÎ) ãAqà)t ¾ÏmÎ7Ås»|ÁÏ9 w ÷btøtrB cÎ) ©!$# $oYyètB ( tAtRr'sù ª!$# ¼çmtGt^Å6y Ïmøn=tã ¼çnyr&ur 7qãYàfÎ/ öN©9 $yd÷rts? @yèy_ur spyJÎ=2 úïÏ%©!$# (#rãxÿ2 4n?øÿ¡9$# 3 èpyJÎ=2ur «!$# Ïf $uù=ãèø9$# 3 ª!$#ur îÍtã íOÅ3ym ÇÍÉÈ
Artinya: Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka
Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir
(musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari
dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada
temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta
kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan
orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi.
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana[1].(
Q.S AT-taubah: 40 )
Ketika Rasulullah
menetap di madinah abu bakar adalah tangan kanan beliau. Rasullulah telah
menganugrahkan khusus kepadanya dimana selain dia tidak ada yang memperoleh
anugrah istimewa tersebut. Masyarakat arab yang mengenal berbagai negri asing
bersama hal ikhwalnya, seperti Kisra Persia, Kaisar Romawi, Dan Negus, mereka
menyebut Abu Bakar sebagai menterinya.
Ath Thabari telah
meriwayatkan (jilid 3, hal. 193), bahwa Rasulullah s.a.w ketika bersabda dalam
kutbahnya yang terakhir mengemukakan: sesungguhnya seorang hamba dari
hamba-hamba Allah telah disuruh memilih antara dunia dengan apa yang ada
disisinya, lalu ia memilih apa yang ada disisi Allah.
Pendek kata,
sesungguhnya abu bakar adalah seorang yang telah berbagi suka dan duka bersama
Rasulullah saw. Dia telah berbagi rasa bersama beliau dalam merasakan pahitnya
hidup termasuk dalam menikmati manisnya kemenangsn dan keberuntungan.
B.
Sifat Abu Bakar.
Abu bakar
adalah salah seorang dari para pemimpin Quraisy dan anggota
majlis
permusyawaratan. Dia dikenal sebagai seorang yang berperang lembut dan dicintai
oleh kaumnya. Pada zaman jahiliah dia adalah tempat menggantungkan harapan
keluarga saat di antara beliau terlilit hutang. Bilamana beliau kedapatan sedang membawa barang untuk melunasi
hutang keluarganya dan dia bertanya kepada
orang orang Quraisy perihal orang yang akan di bantuna, maka mereka
memuji dan ikut membantunya.
Tatkala islam datang
Rasulullah Saw lebih tertarik kepada Abu Bakar daripada yang lainnya. Dia
termasauk orang orang yang tetap bersama Rasulullah dalam peristiwa yang
terjadi saat Perang Uhud dan Perang Hunain.
Abu Bakar terkenal dalam
setiap keadaan sebagai seorang ksatria dan berpendirian teguh dalam melangkah.
Tidak mengherankan, karena dia adalah orang yang telah bagkit untuk
menyempurnakan dakwah dan mempersatukan kesatuan pandangan bangsa arab sesdah
ikatan mereka terkoyak atau hampir terurai. Ketika mereka menyerbu Madinah dan
Panglima Usamah sedang memimpin tentara Islam dalam perang di Syam dia pun
langsung tampil ke depan untuk menghadapi mereka. Melihat langkah yang di
tempuh Abu Bakar ini, sehingga para sahabat meminta agar dirinya jangan
dihadapkan pada bahaya. Namun dia
menepisnya, serta berkata: Demi Allah !! aku tidak akan terjebak dalam bahaya
dan kalian tidak usah mengkhawatirkan keselamatan diriku. Dia begitu sabar dan
tangguh sehingga Allah s.w.t menghendaki kemenangan dan keberuntungan berpihak
kepadanya. Dia berhasil membawa kaum pemberontak kembali kepada pangkuan agama
dan berkat ketangguhanya syariat isalam tetap menjulang tinggi. Abu bakar
adalah seorang khalifah yang telah membentuk pasukan tentara kaum muslimin dengan
tugas agar menyebarkan dakwah dan berjihad fisabililah Di Luar Jazirah Arab.
Betapa banyak hadist
mutawatir dari Rasulullah yang
mengemukakan tentang kemuliaan pribadi Abu Bakar dan pengakuan atas bantuan dia
kepada beliau sserta pengorbanannya yang di persemmbahkan bagi umat islam. Abu
bakar adalah seorang yang dermawan. Begitu dermawannya sehingga dia
menginfakkan kekayaannya fi sabililah. Dikisahkan, berdasarkan perhhitungan
‘Urwah Bin Az Zubair jumblah infak tersebut sebanyak empat puluh dirham. Dia
telah menginfakkan hartanya di jalan Allah dan dia juga telah memerdekakan
tujuh orang hamba sahaya yang disiksa oleh orang orang musyrik Quraisy agar
kembali paa Aqidah Watsaniah. Di antara mereka itu adalah: Bilal, ‘Amir Bin
Fuhairah, dan seorang budak perempuan Bani Al Muawwil.
Dia juga terkenal
seorang yang rendah hati dan zahid karena mengikuti Rasulullah s.a.w. sehingga
bila dipuji ia berkata: Ya Allah !! Engkau maha mengetahui perihal diri ku
daripada dirku sendiri dan aku lebih mengetahui perihal diriku daripada mereka.
Ya Allah !! jadikanlah diriku lebih
baik dari apa yang mereka kira dan
ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketehui. Janganlah engkau menghukum diri
ku atas apa yang mereka katakan. Dia orang yang sangat terkenal di kalangan
sahabat sebagai seorang berilmu yang luas dan dalam pemahaman agamanya serta
fasih dalam berbicara, disamping berfikir cemerlang, berfirasat tajam, dan
pemahamannya dalam serta rinci[2].
C.
Pemilihan Abu Bakar Sebagai Khalifah (632-634 M/11-13 H)
1.
Proses
pemilihannya.
Musyawarah di Saqifah Bani Saidah semula bersifat intern bagi kaum
Anshar, tetapi setelah Abu Bakar dan Umar mengetahui hal itu, maka keduanya
khawatir kalau kaum Anshar mengambil keputusan yang tidak disetujui oleh
berbagai pihak, yang pada gilirannya dapat menimbulkan perpecahan umat. Oleh
karena itu, Abu Bakar dan Umar segera menggabungkan diri, sehingga pertemuan
yang semula bersifat intern itu berubah menjadi forum terbuka, karena secara
tidak langsung telah mewakili dua kelompok muslim bersaudara, yaitu kaum
Muhajirin Dan Anshar.
Dilihat dari alur pengambilan keputusan tersebut, maka tahap
pembicaraannya dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1.
Kaum
Anshar, dengan juru bicara Saad Bin Ubadah mengemukakan: Ansharlah yang paling
berhak menduduki kursi Amir ( pemmpin ), untuk itu dia menawarkan Muhajirin
pada kursi Wazir.
2.
Abu
Bakar, juru bicara muhajirin menganggap, kaum Muhajirinlah yang paling baik dan
berhak menduduki kursi Amir dan dia tetap memuji Anshar serta mengikutinya
sebagai saudara Muhajirin. Untuk itu dia menawarkan kursi Wazir bagi kaum
Anshar.
3.
Pembicaraan tahap ketiga: usul Abu Bakar di tolak oleh anshar yang diwakili
oleh Hubab Bin Mundir, dan mengajukan usul baru supaya masing masing mengangkat
Amir sendiri sendiri.
4.
Usul
tersebut ditolak oleh Abu Bakar dan dia tetap mengajukan calon dari Muhajirin
untuk dipilih salah satu, yaitu Umar Bin Khatab dan Abu Ubadillah bin Jarrah.
Usul ini justru menimbulkan keributan dan ketegangan, sehingga beberapa pemuka
Anshar mengadakan lobi untuk meredakan ketegangan, dan menyerahkan kepemimpinan
umat kepada Muhajirn.
5.
Usul
terakhir yang netral dari semangat kelompok/golongan adalah muncul dar Umar bin
Khatab, yang mengajukan Abu Bakar dengan alasan kelebihan kelebihan yang
dimiliki yaitu dialah satu satunya sahabat yang menyertai nabi sewakt berada di
Gua, dialah satu satunya sahabat yang diminta Nabi untuk menggantikan kedudukan
beliau memimpin shalat berjamaah, dan dialah yang paling dekat dengan
Rosulullah Saw.
Musyawarah
yang menghasilkan ’’Mufakat Bulat’’ itu merupakan suatu tradisi baru dalam
musyawarah yang berdasarkan Ukhuwah. Menurut Fazlur Rahman bahwa sistem Syura
dalam al-Quran adalah mengubah Syura dari sebuah institusi suku menjadi
institusi komunitas, karena ia menggantikan hubungan darah dengan hubungan
iman.
2.
Masalah
keterlambatan baiat Ali terhadap Abu Bakar.
Keterlambatan
Ali dalam membaikat Abu Bakar sebagai khalifah bukan berarti bahwa Ali
berambisi untuk menduduki jabatan khalifah dengan dukungan Bani Hasyim. Memang
ada sementara pihak yang berpendapat bahwa Ali menolak berbaikat kepada Abu
Bakar, dan menuduh Abu Bakar merebut hak kekhalifahan dari kaum Anshar, serta
merebutnya pula dari hak hak Ahlul bait Rasulullah ( ssebagaimana ditrangkan
dalam sebuah kitab al-imamah wa al-siyasah).
Dalam
riwayat al-Thabari disimpulkan bahwa Ali tidak menentang Abu Bakar, tidak pula
berambisi untuk merebut kekuasaan. Sebenarnya Abu Sofyan-lah yang membesarkan
masalah menghasut Ali dan Ibnu Abbas untuk menduduki jabatan khalifah dan
merebutnya dari Abu Bakar walaupun dengan kekerasan. Tetapi justru ali menolak
dan mengecam provokasi ( hastan ) Abu Sofyan. Ali berbaikat kepada Abu Bakar,
karena dialah yang memiliki kelebihan kelebihan yang layak menjadi khalifah.
Dalam
perkembangan sejarah sebenarnya Ali berbaiat juga kepada Umar bin Khatab,Usman
Bin Affan. Bahkan ketika rumah Usman diserang pemberontakan, Ali justru ikut
mengamankannya. Karena itu dia tidak selayaknya untuk mengatakan bahwa
pemecahan umat islam pada masa Khulafaurrasyidin ditarik garis linier dari
peristiwa di Saqifah Bani Saidah, maupun keterlambatan baiat Ali terhadap Abu
Bakar[3].
D.
Strategi kepemimpinan Abu Bakar.
Ditinjau
dari segi politik, situasi kepemimpinan Abu Bakar lebih menguntungkan jika
dibandingkan dengan masa masa brikutnya, karena di samping ketegasan Abu Bakar,
faktor ketebalan iman kaum Muhajirin dan Anshar masih tinggi, lantaran belum
lama berpisah dengan Rasulullah Saw.
Sedangkan
kekuatan yang sangat menentukan keberhasilan ini adalah dukungan mutlak dari
Umar bin Khatab, sahabat yang paling disegani oleh kaum muslimin saat itu,
bahkan karena alasan ini pula Abu Bakar menunjuk Umar sebagai penggantinya.
Adapun
kepemimpinan Abu Bakar dapat disimpulkan dari sisi pidatonya pada hari pembaiatan,
secara umum di Masjid Nabawi yang merupakan kebijaksanan awalnya sebagai
berikut:
1.
Pengangkatan
dirinya sebagai khalifah bukan atas ambisi pribadi, melainkan amanat yang
diberikan oleh kaum muslim.
2.
Mengakui
kekurangan dan kelemahan dirinya, dalam arti tidak menyombongkan diri dan tidak
menampakkan kelebihannya.
3.
Menjunjung
tinggi kebenaran dan amanat umat.
4.
Menggembalikan
hak yang dimiliki oleh orang orang yang lemah.
5.
Tidak
merendahkan terhadap orang yang lemah, dan tidak gentar menghadapi orang yang merasa
besar.
6.
Membakar
semangat juang di jalan Allah.
7.
Menganjurkan
umat untuk taat kepada Allah dan Rosul-Nya, serta kepada dirinya selama
menjalankan roda pemerintahan tidak melanggar hukum Allah dan Rosul-Nya.
8.
Memberikan
hak berpendapat untuk menegur dan memperbaiki khalifah bila berbuat salah.
Kebijakan kebijikan tersebut disampaikan secara terbuka kepada umat islam,
sehingga akan menimbulkan ‘’ Sense of Belonging’’ pada kalbu umat
terhadap misi kepemimpinannya.
Selama 2 ( dua ) tahun Abu Bakar menjalankan roda pemerintahan,
terdapat beberapa hal penting yang patut dicatat, yaitu:
a)
Tidak
melakukan mutasi jabatan bagi sahabat yang telah ditugaskan oleh Nabi SAW,
dalam memangku jabatan tersebut.
b)
Tidak
mengangkat pejabat dari kalangan keluarga sendiri.
c)
Atas
desakan para sahabat khalifah berhak mendapat gaji dan tunjangan keluarga yang
dibiayai oleh Bait al Mal.
d)
Pembentukan
divisi militer yang terdiri dari 11 ( sebelas ) divisi.
e)
Melanjutkan
program Nabi untuk meruntuhkan pertahanan kerajaan Bizantium dan menertibkan
pengacuan dalam negri.
f)
Menertibkan
pembayaran Zakat untuk membangun perekonomian dalam negri, sekaligus
menjalankan syariat islam.
g)
Merealisir
usul Umar bin Khatab untuk mengumpulkan ayat ayat Suci Al-Qur’an yang masih
terdapat di beberapa tempat.
h)
Peristiwa
politik yang sangat besar yaitu ‘’ pelimpahan secara tertulis ‘’ tanggung jawab
kekhalifahan dari dirinya ( setelah wafat ) kepada Umar bin Khatab (
sebagaimana uraian terdahulu)[4].
Bab III
PENUTUP
1.
Kesimpulan.
Abu bakar adalah
salah seorang dari para pemimpin Quraisy dan anggota
majlis
permusyawaratan. Dia dikenal sebagai seorang yang berperang lembut dan dicintai
oleh kaumnya
Ditinjau
dari segi politik, situasi kepemimpinan Abu Bakar lebih menguntungkan jika
dibandingkan dengan masa masa brikutnya, karena di samping ketegasan Abu Bakar,
faktor ketebalan iman kaum Muhajirin dan Anshar masih tinggi, lantaran belum
lama berpisah dengan Rasulullah Saw.
Selama 2 ( dua ) tahun Abu Bakar menjalankan roda pemerintahan,
terdapat beberapa hal penting yang patut dicatat, yaitu:
1.
Tidak
melakukan mutasi jabatan bagi sahabat yang telah ditugaskan oleh Nabi SAW,
dalam memangku jabatan tersebut.
2.
Tidak
mengangkat pejabat dari kalangan keluarga sendiri.
3.
Atas
desakan para sahabat khalifah berhak mendapat gaji dan tunjangan keluarga yang
dibiayai oleh Bait al Mal.
DAFTAR PUSTAKA
Dr.Hasan Hasan
Ibrahim. 2001. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Prof. Dr.
Muhaimin. Ma. 2007. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: kencana.
Dr.
Mujib Abdul. 2007. Kawasan dan Waw
[1]
Maksudnya: orang-orang kafir telah sepakat
hendak membunuh Nabi SAW, Maka Allah s.w.t. memberitahukan maksud jahat
orang-orang kafir itu kepada Nabi SAW. karena itu Maka beliau keluar dengan
ditemani oleh Abu Bakar dari Mekah dalam perjalanannya ke Madinah beliau
bersembunyi di suatu gua di bukit Tsur.
[2] Dr.
Hasan ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam,kalam mulia Jakarta, hal 393-400.
[3] PROF.
Dr. Muhaimin, MA. Et al, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Jakatra: Kencana,
2007 Hal 234-237.
[4] prof.
Dr. Muhaimin, MA. Et al, Ibid hal 241-242.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar